Rabu, 27 Februari 2013

Motivasi dalam Belajar



Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi mempunyai arti dalam belajar, menurut teori Kebutuhan Manusia termotivasi untuk bertindak kalau ia ingin memenuhi kebutuhannya. Para ahli psikologi mengartikan kebutuhan dalam kaitannya dengan motivasi dengan menggunakan cara yang berbeda-beda, di antaranya ada yang mementingkan kebutuhan fisik, seperti kebutuhan untuk rnakan, minum, udara, istirahat, ha! ini yang memotivasi manusia untuk bertingkah laku.Sedangkan ada ahli psikologi lain menitikberatkan kebutuhan emosional, seperti kebutuhan disetujui, disayangi dan dihargai. Ahli yang lain lagi menekankan kebutuhan kognitif, seperti memecahkan inform asi yang bertentangan, berbeda atau tidak sesuai. Ada lagi ahli psikologi yang percaya bahwa semua kebutuhan sama pentingnya dalam mempengaruhi motivasi orang untuk bertingkah laku.
Maslow (1945) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan hirarkhis dan berbagai kebutuhan, di raana kebutuhan pertama merupakan dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang berikutnya. Pada saat-saat tertentu akan terjadi kebutuhan yangtumpang tindih, seperti contoh, orang ingin makan bukan karena lapar tetapi karena ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi atau perpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tesebut tidak akan muncul lagi untukselamanya,tetapi kepuasan itu hanya untuksementarawaktu saja.Manusiayang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna
memuaskan kebutuhan tersebut (Maslow, 1954).
Di dalam lingkungan siswa atau pelajar seperti yang dikatakan Maslow anak yang lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Sedangkan kebutuhan berikutnya seperti rasa aman adalah kebutuhan tingkat berikutnya setelah kebutuhan dasar yang bersifat fisik. Sebagai contoh siswa yang merasa terancam, makasiswa ini tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar, contoh lain seorang siswa yang merasa dirinya dikucilkan oleh temannya maupun oleh gurunya, tidak mungkin termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai. Kepuasan terhadap kebutuhan ini akan menimbulkanperasaan percaya diri, merasa berharga, merasa kuat, merasa mampu, merasa berguna dalam hidupnya. Kebutuhan yang paling utama atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu,mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling mendasar.
Rakert.W. White 1959. Kecakapandiperoleh secara berangsur-angsurmelalui belajar dalamwaktu jangka panjang. Kebutuhan belajar dalam waktu jangka panjang, ini diperuntukkan untuk mendapat atau memiliki kecakapan atau kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya.
Kita sebagai pendidikan perlu tahu kebutuhan yang diinginkan oleh para siswa. Seperti kebutuhan berprestasi. Setiap siswa berbeda kebutuhan berprestasinya. Ada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, ada juga yang rendah. Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dad dalam did sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam din sendiri. Siswa akan bekerja keras baik daiam situasi hersaing dengan orang lain, maupun dalam bekerja sepdiri. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi rendah cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi yang tinggi.
Siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya sendiri secara keseluruhan dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai gambaran tertentu tentang dirinya sebagai manusia dan tentang kemampuan dalam menghadapi lingkungan. Ini merupakan cap atau label yang dimiliki siswa tentang dirinya dan kemungkinannya tidak dapat dilihat oleh guru namunsangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Gambaran itu muiai terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman sebaya maupun orang dewasa lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.
Berdasarkan pandangan di atas dapat diambil pengertian bahwa siswa datang ke sekolah dengan gambaran tentang dirinya yang sudah terbentuk. Walaupun demikian guru dapat mempengaruhi gambaran siswa tentang dirinya itu, dengan maksud agar tercapai gambaran tentang did masing-masing siswa yang lebih positif. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa siswa memiliki gambaran tentang dirinya sendiri atas pengaruh bagaimana orang lain seperti guru, orang tua, teman sebaya, memberi sikap atau memperlakukannya. Apabila guru suka mencela, mengeritik, merendahkan kemampuan siswa, maka siswa akan cenderung menilai din mereka sebagai orang yang tidak mampu berprestasi dalam belajar. Hal ini berlaku terutama bagi siswa yang masih sangat muda, misalnya siswa di sekolah rendah seperti TK dan SD. Akibatnya minat untuk belajar menjadi turun. Jika guru memberikan penghargaan, bersikap mendukung dalam menilai prestasi siswa, maka lebih besar kemungkinan siswa-siswa menilai dirinya sebagai orang yang mampu berprestasi. Penghargaan untuk berprestasi merupakan dorongan untuk memotivasi siswa untuk belajar. Dorongan intelektual adalah keinginan untuk mencapai suatu prestasi yang hebat, sedangkan dorongan untuk mencapai kesuksesan termasuk kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk berprestasi. Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motovasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atas perbuatan seseorang.
Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
a) Motivasi itu mendukung manusia untuk berbuat atau bertindak, motivasi berfungsi sebagai penggerak yang memberikan energi atau kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
b) Motivasi dapat menentukan agar perbuatan: yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, motivasi mencegah penyeiewengan dari jalan yanglurus untuk mencapai tujuan. Makamakinjelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang akan ditempuh.
c) Motivasi menyeleksi perbuatan, Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai suatu tujuan dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak atau kurang bermanfaat bagi tujuan semula.
Fungsi lain dari motivasi adalah sebagai berikut:
1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, seperti timbulnya dorongan untuk belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan.

Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi dalam belajar
Pengaruh alam sekitar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak mempunyai arti yang penting. Sekalipun cara bekerjanya tidak dengan kehendak, kesadaran dan tidak teratur. Oleh karena itu disebut fungsional bagi masyarakat. Pendidikan tensional, artinya pengaruh yang diadakan dengan sengaja, oleh orang dewasa kepada anak, supaya dengan pertolongan itu anak dapat mencapai tujuan pendidikan.
Dengan demikian berarti pendidikan harus merenungkan tentang tujuan yang harus dicapai. Sebab apa anak belajar? Mengapa ia mau dan suka belajar, apakah sebabnya ia harus belajar?
Menurut Atto Wilmann di dalam uraiannya tentang pertumbuhan dan pembentukan manusia ada enam motif yang menggerakkan anak mau belajar antara lain:
1. Motif psikologik. Setiap makhluk hidup mempunyai dorongan untuk berkembang sesuai dengan caranya masing-masing. Menurut kodratnya manusia ingin mengetahui sesuatu, bukan hanya kesanggupan mengetahui sesuatu begitu saja, tetapi juga terdapat kecenderungan untuk bekerja dan mengenal.
2. Motifpraktis. Serriuapengetahuan mempunyai nilai praktis. Untuk memperoleh kedudukan dalam hidup pada hakikatnya kita berhasil memenuhi kebutuhan tertentu.
3 . Motif pembentukan kepribadian. Pengetahuan dan kesehatan tidaklah hanya menghasilkan saja, tetapi juga menaikan kepribadian dalam segi estetik dan intelektualistik.
4. Motif kesusilaan. Terbentuknya kepribadian berarti bahwa wataknya ikut terbentuk dalam kesusitaan. Belajarlah agar engkau menjadi lebih bersusila.
5 . Motif sosia!. Sebagai makhluk sosial, manusia harus belajar segala sesuatu yang layak diketahui dan dikerjakan dalam hidup pergaulan.
6. Motif ketuhanan. Belajarlah agar dapat mengabdi padaTuhan. Segalapengetahuan, dan kecakapan kita, harus kita arahkan pada suatu tingkatan di mana kita dapat menyadari hubungan kita sebagai manusia dengan Tuhan.
Semua motif memberi dorongan kuat terhadap belajar. Tetapi motif secara sendiri-sendiri tidak mencukupi bagi murid untuk belajar, maupun bagi guru yang akan mengajar. Dorongan atau untuk berkembang dapat dinyatakan oleh kegiatan sendiri terhadap bahan pengajaran yang menarik. Motif praktis dan minat praktis memperoleh alat yang tepat dalam pengajaran untuk hidup manti (Jen Lighart). Motif kepribadian menganggap bahan pengajaran sebagai media untuk pembentukan etik. Motif sosial membantu dalam pembentukan anak sebagai makhluk sosial. Motif Ketuhanan meliputi semua motif lainnya dan mempersatukannya, karena pertumbuhan dan perkembangan pada hakikatnya harus diarahkan pada pengabdian pada-Nya.
Motivasi mempunyai nilai dalam pengajaran, adalah menjadi tanggung jawab guru agar pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung pada usaha guru untuk dapat membangkitkan motivasi padasiswanyauntukbelajar. Dal am garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1. Motivasi menentukan tingkat berhasii atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
2. Pengajar yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa.
3. Pengajaran yang bermotivasi membentukaktivitasdan imaginitas pada gum untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yangsesuai dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa-siswa pada akhirnya memiliki self motivasi dan yang baik.
4. Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan motivasi dalam pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas. Ketidakberhasilan dalam hai ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas.
5. Azas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian pengajaran asas motivasi adalah sangat penting dalam proses belajar dan mengajar.
Dalam rangka mendorong motivasi siswa untuk belajar di sekolah yang menganut pandangan demokratis, dengan menciptakan belajar dikemukakan oleh “Keneth M. Mover” adalah:
1) Pujian. Karena pujian mempunyai nilai besar bagi siswa untuk belajar.
2) Manfaat minat yang telah dimiliki siswa yang bersifat ekonomis.
3) Kegiatan-kegiatan yang merangsang minat siswa. Guru merangsang minat disesuaikan dengan kondisi siswa.
4) Rasa cemas yang besar menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa.
5) Tugas teriaiu sukar dan bantuan tidak ada maka akan menjadikan siswa menjadi frustrasi.
6) Tekanankelompoksiswabiasanyabersifatpasifdalamkelompokhalinitidakbaikdalamhubungan antara anggota kelompok.
7) Kreativitas siswa yang besar erat kaitannya dengan motivasi belajar bagi siswa.
Usaha meningkatkan motivasi dalam belajar
Agar tujuan pengajaran yang dikehendaki khususnyc. oleh guru sebagai pengajar, maka perlu adanya usaha-usaha, agar terjadi kegiatan belajar yang efektif dan membelajarkan siswa dengan baik. Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru dapat melakukanberbagai cara sebagai berikut:
a) Memberi angka. Umumnya setiap anak ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angka baik, maka akan terdorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar. Sebaliknya, siswa yang .mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.
b) Pujian. Pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil, besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang.
c) Pemberian hadiah. Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya, memberikan hadiah pada akhir tahun ajaran, dengan menunjukkan hasil belajar yang baik, atau kegiatan-kegiatan lain yang mendorong siswa untuk berprestasi.
d) Kerja kelompok. Dalam kerja kelompok di mana para siswa melakukan kerja sama dalam belajar. Setiap anggota memberikan motif belajar pada anggota lainnya. Kadang-kadang rasa untuk mempertukarkan anggota kelompok menjadi pendorong dalam perbuatan belajar.
e) Persaingan. Baik bekerja kelompok maupun persaingan mencari motif-motif sosial kepada siswa. Hanya saja persaingan antara individual akan menimbulkan pengaruh yang kurang baik, seperti hubungan persahabatan, perkelahian dan pertentangan persaingan yang baik ialah dalam bentuk antar kelompok belajar.


MEMBANGUN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Oleh: Arief Achmad

SALAH satu indikator keberhasilan pendidikan secara mikro di tataran pembelajaran level kelas adalah tatkala seorang guru mampu membangun motivasi belajar para siswanya. Jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi belajarnya, maka sesulit apa pun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya niscaya mereka akan menjalaninya dengan "enjoy" dan "pede".

Tulisan ini mencoba mengangkat apa itu motivasi, belajar, dan pentingnya motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

A. Pengertian Motivasi

Banyak pakar yang merumuskan definisi 'motivasi' sesuai dengan kajian yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya. Namun demikian, ragam definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini dideskripsikan beberapa kutipan pengertian 'motivasi'.

Michel J. Jucius (Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70) menyebutkan 'motivasi' sebagai "kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki".

Menurut Dadi Permadi (2000: 72) 'motivasi' adalah "dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif".

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65), apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.

Lantas, Nasution (2002: 58), membedakan antara 'motif' dan 'motivasi'. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.

Berdasarkan deskripsi di atas, 'motivasi' dapat dirumuskan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas.

Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi)

B. Pengertian Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang 'belajar'. Misalnya Gage (1984), mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses di mana organisma berubah perilakunya.

Cronbach mendefinisikan belajar: "learning is shown by a change in behavior as a result of experience" (belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu sebagai hasil pengalamannya). Harold Spears mengatakan bahwa: learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction" (belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti arahan). Adapun Geoch, menegaskan bahwa: "learning is a change in performance as result of practice." (belajar adalah suatu perubahan di dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik).

Kemudian, menurut Ratna Willis Dahar (1988: 25-26), "belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman". Paling sedikit ada lima macam perilaku perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar:

Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memeroleh kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi. Bentuk semacam ini disebut responden, dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi.

Kedua, belajar kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini banyak kali kita alami. Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari 'drill' dan belajar stereotipe-stereotipe.

Ketiga, kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar semacam ini disebut belajar operant.

Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional.

Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan insight, belajar menyelami pengertian.

Akhirnya, Depdiknas (2003) mendefinisikan 'belajar' sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.

Dengan kata lain, partisipasi guru harus selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, bukan guru. Misal, bila siswa bertanya tentang sesuatu, maka pertanyaan itu harus selalu dikembalikan dulu kepada siswa itu atau siswa lain, sebelum guru memberikan bantuan untuk menjawabnya. Seorang siswa bertanya, "Pak/Bu, apakah tumbuhan punya perasaan?" Guru yang baik akan mengajukan balik pertanyaan itu kepada siswa lain sampai tidak ada seorang pun siswa dapat menjawabnya. Guru kemudian berkata, "Saya sendiri tidak tahu, tetapi bagaimana jika kita melakukan percobaan?".

Jadi, berdasarkan deskripsi di atas, 'belajar' dapat dirumuskan sebagai proses siswa membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru; baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun pengalaman sosial.

C. Pentingnya Motivasi Belajar Siswa

Dalam kegiatan pembelajaran, 'perhatian' berperan amat penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan 'perhatian', seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional atau segi fisik dan unsur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan perhatiannya.

Gage dan Berliner (1984) mengungkapkan, tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang menaruh minat terhadap materi pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut.

Di sini, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran.

Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar.

Jelaslah sudah pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Ibarat seseorang menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa dilandasi motivasi maka hanya kehampaanlah yang diterimanya dari hari ke hari. Tapi dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti berdetak. Begitu pula dengan siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya.

*) Arief Achmad, Guru SMAN 21 Bandung. Ketua AGP-PGRI Jawa Barat


Unsur-Unsur Teori Motivasi Abraham Maslow Dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam Di Smp 16 Semarang
Undergraduate Theses from JTPTIAIN / 2007-01-09 10:56:08
Oleh : Nailil (NIM 3100323), Fak.Tarbiyah IAIN Walisongo
Dibuat : 2004-09-19, dengan 5 file

Keyword : Unsur,Teori Motivasi,Abraham Maslow,Proses Belajar,PAI,SMP16 Semarang
Url : http://
Berdasarkan uraian dan pembahasan sebagaimana yang tersebut di depan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Menurut Abraham Maslow bahwa tingkah laku manusia didorong oleh sejumlah kebutuhan dasar manusia (basic needs) yang tersusun secara hierarkis atau bertingkat dari kebutuhan yang paling rendah sampai ke kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan dasar tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
2. Dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam, guru memandang siswa sebagai manusia yang penuh potensi dan melihat manusia pada kelebihan-kelebihan individu untuk berkembang ke arah kemajuan. Guru tidak memandang rendah siswa namun sebaliknya, siswa dianggap sebagai subyek didik sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Pendidik memotivasi siswa dengan memperhatikan sejumlah kebutuhan dasar siswa yang mendasari tingkah laku individu.
3. Secara tidak langsung terdapat unsur-unsur teori motivasi Abraham Maslow dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SMP 16 Semarang. Unsur-unsur teori motivasi Abraham Maslow dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam antara lain: Pertama, kasih sayang yaitu dalam mengajar harus disertai rasa kasih sayang agar siswa terpenuhi kebutuhannya yang ingin disayangi dan dicintai sebagai manusia dan sebagai anggota kelompok. Kedua, imbalan ( reward ) yaitu dalam mengajar ditekankan prinsip reward untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam proses belajar mengajar sehingga kebutuhan akan penghargaan terpenuhi. Ketiga, keterbukaan yaitu hubungan yang terjalin antara guru dan siswa harus ada komunikasi yang fleksibel sehingga situasi kelas tidak terlalu monoton dan menegangkan. Keempat, perhatian yaitu guru memperhatikan kebutuhan fisiologis siswa pada saat pembelajaran agar terdorong dalam belajar. Kelima, saling menghargai yaitu dalam pengajaran guru memandang siswa sebagai individu yang penuh potensi dan kemampuan sehingga tidak memandang rendah kodrat manusia

Deskripsi Alternatif :

Berdasarkan uraian dan pembahasan sebagaimana yang tersebut di depan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Menurut Abraham Maslow bahwa tingkah laku manusia didorong oleh sejumlah kebutuhan dasar manusia (basic needs) yang tersusun secara hierarkis atau bertingkat dari kebutuhan yang paling rendah sampai ke kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan dasar tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
2. Dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam, guru memandang siswa sebagai manusia yang penuh potensi dan melihat manusia pada kelebihan-kelebihan individu untuk berkembang ke arah kemajuan. Guru tidak memandang rendah siswa namun sebaliknya, siswa dianggap sebagai subyek didik sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Pendidik memotivasi siswa dengan memperhatikan sejumlah kebutuhan dasar siswa yang mendasari tingkah laku individu.
3. Secara tidak langsung terdapat unsur-unsur teori motivasi Abraham Maslow dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SMP 16 Semarang. Unsur-unsur teori motivasi Abraham Maslow dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam antara lain: Pertama, kasih sayang yaitu dalam mengajar harus disertai rasa kasih sayang agar siswa terpenuhi kebutuhannya yang ingin disayangi dan dicintai sebagai manusia dan sebagai anggota kelompok. Kedua, imbalan ( reward ) yaitu dalam mengajar ditekankan prinsip reward untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam proses belajar mengajar sehingga kebutuhan akan penghargaan terpenuhi. Ketiga, keterbukaan yaitu hubungan yang terjalin antara guru dan siswa harus ada komunikasi yang fleksibel sehingga situasi kelas tidak terlalu monoton dan menegangkan. Keempat, perhatian yaitu guru memperhatikan kebutuhan fisiologis siswa pada saat pembelajaran agar terdorong dalam belajar. Kelima, saling menghargai yaitu dalam pengajaran guru memandang siswa sebagai individu yang penuh potensi dan kemampuan sehingga tidak memandang rendah kodrat manusia



Metode Meningkatkan Motivasi Belajar
24 October 2009 :  :  No Comment
Wlodkowski (dalam Suciati, 2001:52) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, serta yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Sementara Ames dan Ames (Suciati, 2001) menjelaskan motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut definisi ini, konsep diri yang positif akan menjadi motor penggerak bagi kemauan seseorang.
Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS, yaitu:
a. Attention (Perhatian)
Perhatian peserta didik muncul karena didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan perhatian selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut dapat dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.
Apabila elemen-elemen tersebut dimasukkan dalam rencana pembelajaran, hal ini dapat menstimulus rasa ingin tahu peserta didik. Namun, perlu diperhatikan agar tidak memberikan stimulus yang berlebihan, untuk menjaga efektifitasnya.
b. Relevance (Relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
Kebutuhan pribadi (basic need) dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Motif nilai pribadi (personal motif value), menurut McClelland mencakup tiga hal, yaitu (1) kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement), (2) kebutuhan untuk berkuasa (needs for power), dan (3) kebutuhan untuk berafiliasi (needs for affiliation).
Sementara nilai yang bersifat instrumental, yaitu keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggapm sebagai langkah untuk mnecapai keberhasilan lebih lanjut. Sedangkan niali kultural yaitu apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelpmpok yang diacu peserta didik, seperti orang tua, teman, dan sebagainya.
c. Confidence (Percaya diri)
Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya.
d. Satisfaction (Kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik, dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dsb.



Motivasi
PDF
Cetak
E-mail

Ditulis Oleh Ifdil Dahlani   
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti �menggerakkan atau mendorong �(to move). Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:230) �motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau spontan untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu�. Robin dan Barbara (1986:314) menyatakan bahwa motivation is the willingness to do something, conditioned by this action ability to satisfy some need ini berarti bahwa motivasi adalah kemauan untuk melakukan sesuatu, kondisi ini merupakan tindakan yang mampu untuk memuaskan beberapa kebutuhan.
.
 Motivasi berawal dari adanya kebutuhan manusia, sebagaimana yang dikemukakan oleh Maslow dalam bukunya yang berjudul Motivation and Personality (1954). Maslow (dalam Alex Sobur, 2003: 274) menggolongkan kebutuhan Manusia itu pada lima tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs). Kelima tingkat kebutuhan itu ialah:
 1). Kebutuhan-kebutuhan   yang      bersifat fsiologis (physiological needs) yang paling dasar, paling kuat, dan paling jelas di antara segala kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan makan, minum, tempat  berteduh, seks, tidur, dan oksigen. 2). Kebutuhan akan rasa aman (safety needs); kebutuhan rasa aman muncul sebagai kebutuhan yang paling penting kalau kebutuhan psikologis telah terpenuhi. Ini meliputi kebutuhan perlindungan, keamanan, hukum, kebebasan dari rasa takut, dan kecemasan. 3). Kebutuhan cinta dan memiliki �dimiliki (belongingness and love needs). Kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, muncul ketika kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi secara rutin. Orang butuh dicintai dan pada giliranya butuh menyatakan cintanya. Cinta disini berarti rasa sayang  dan rasa terikat (to belong) baik dari keluarga sendiri, teman sekerja, teman sekelas,  dan lain-lainnya, seseorang  ingin agar dirinya disetujui dan diterima. 4).Kebutuhan penghargaan (esteem need) Kebutuhan penghargaan menjurus pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan perasaan diri berharga. Maslow membagi kebutuhan penghargaan ini dalam dua jenis: Pertama, penghargaan yang didasarkan atas respek terhadap kemampuan, kemandirian, dan perwujudan kita sendiri. Kedua, penghargaan yang didasarkan atas penilaian orang lain. 5). Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs). Kebutuhan aktualisasi diri timbul pada seseorang jika kebutuhan�kebutuhan  lainnya telah terpenuhi. Kebutuhan aktualisasi ini sebagai hasrat untuk menjadi diri sepenuh kemampuannya. Ia mendasarkan teori aktualisasi diri dengan asumsi bahwa setiap manusia memiliki hakikat instrinsik yang baik, dan itu memungkinkan untuk mewujudkan perkembangan.
           Dari pendapat tersebut di atas dapat diartikan motivasi itu terjadi karena adanya kebutuhan, seperti kebutuhan psiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan  mencintai dan dicintai, kebutuhan untuk dihargai dan juga kebutuhan untuk  aktualisasi diri.
Sedangkan Handoko  (1996:34) mengemukakan bahwa banyak istilah yang digunakan untuk menyebutkan motivasi (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Selanjutnya ia mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Dalam arti kata untuk mencapai tujuannya, seseorang itu didorong berbuat atau tidak melakukan suatu kegiatan.  Mitcel (dalam J Winardi, 2004:1) menarik kesimpulan sebagai berikut: �..motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu.  Dari kedua pendapat di atas bisa diartikan bahwa motivasi  berasal dari dalam diri Individu yang dilakukan melalui proses psikologikal,  untuk mecapai tujuan dan dilakukan secara sukarela.
Sedangkan  Motivasi   menurut  Mc. Donald (dalam Sadirman,  2007: 74) adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya �feeling� dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari tiga pengertian yang dikemukakan Mc.Donald ini  mengandung tiga elemen penting  yaitu:
Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa  perubahan energi di dalam beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), menampakkanya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa feeling�, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul  dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang / terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
 Menurut  teori tersebut di atas motivasi itu terjadi karena adanya  perubahan energi yang terjadi pada diri indvidu yang dimana itu akan timbul melalui  kegiatan fisik sehingga akan mempengaruhi kejiwaan dan emosi, untuk mencapai tujuan dimana tujuan itu pada akhirnya akan memenuhi kebutuhan. Sedangkan Gray (dalam J Winardi 2004: 28) menyimpulkan motivasi sebagai berikut: .....motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Ada juga yang berpendapat bahwa motivasi manusia itu dipengaruhi oleh keinginan untuk mencari arti/makna dari keseluruhan kehidupan manusia.  Motivasi menurut  Frangkl (dalam  Darsane dan  Suarni, 1986:19) adalah sebagai berikut:
Motivasi utama pada manusia bukan pada keinginan pemuasan kesenangan  (will to pleasure ), atau pada keinginan berkuasa (Will to power) tetapi pada keinginan untuk mencari dan menemukan �makna�( will to meaning.  Konsep inilah yang memberikan kekuatan pada manusia dan menyangkut penomena manusia secara keseluruhan.

Dalam belajar, motivasi merupakan aspek yang sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kegiatan belajar, karena tinggi rendahnya motivasi akan secara langsung mempengaruhi tingkah tingkah laku dan hasil belajar.
Sehubungan dengan itu, Ad. Roojakkers (1991) menjelaskan bahwa  ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar yaitu:
Motivasi jangka panjang, yaitu tujuan akhir yang akan    dicapai dalam mengikuti proses belajar.
Motivasi jangka pendek, yaitu motivasi yang dibutuhkan  untuk saat itu juga yang dibutuhkan agar mengerti apa yang dipelajari.
Regresi yaitu proses melemahnya ingatan seseorang terhadap sesuatu hal.
Motivasi menurut A. H Maslow dalam J. winardi (2004: 13) motivasi seorang individu sebagai suatu urutan kebutuhan yang dipredeterminasi. Kebutuhan-kebutuhan fisiologikal, merupakan kebutuhan yang paling imperatif, tetapi secara psikologikal kebutuhan akan realisasi diri sangat penting bagi masing-masing individu.
Daveis  (dalam Gusnetti, 1997) menjelaskan bila seseorang  sudah mempunyai motivasi, maka ia akan  siap mengerjakan hal-hal yang di perlukannya sesuai dengan apa yang dikehendakinya.  Pada dasarnya motivasi merupakan  suatu hal yang bersifat abstrak dan kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan seseorang dapat berubah, berbuat dan bertindak terhadap sesuatu yang didorong adanya suatu tujuan, keinginan, kebutuhan dan sebagainya. Motivasi juga dapat dikatakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan  kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau melakukan sesuatu yang telah direncanakan. Dengan kata lain motivasi merupakan faktor yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan  apa yang seharusya ia lakukan.
Motivasi merupakan keadaan pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Mitzel (dalam Nasrun, 1998) menyatakan bahwa motivasi sebagai arousal, direction dan sustaining. Hal ini berarti motivasi dapat dinyatakan sebagai tenaga penggerak aktivitas seseorang, sebagai pengatur tingkah laku dan sebagai kekuatan  yang membuat seseorang tahan berbuat sesuatu dalam waktu yang lama.
Selanjutnya, Sondang P. Siagian (1995) mengemukakan bahwa motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Hal ini mengakibatkan terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang lain yang menghadapi situasi yang sama.


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar