BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari kita
tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi, kenyataannya memang komunikasi
secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali
kita yang berstatus sebagai perawat yang tugas sehari – harinya berhubungan
dengan klien, dengan keluarga klien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan
sebagainya.
Komunikasi adalah saran yang efektif
dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
Komunikasi terapeutik dilakukan pada
seluruh klien yang memerlukan bantuan di bidang kesehatan, diantaranya adalah
komunikasi terapeutik yang dilakukan pada
pasien dengan gangguan sensoris.
Gangguan sensoris pada klien atau
individu di dalam masyarakat umumnya antara lain disebabkan oleh gangguan
anatomic organ, gangguan fisiologik organ, kematangan/ maturasi, degenerasi,
kognitif persepsi.
Gangguan sensoris pada manusia
terdiri dari gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan gangguan bicara.
Dalam berkomunikasi pada klien dengan
gangguan sensoris sering kali perawat berhadapan dengan kesulitan-kesulitan, hal
ini berkaitan dengan masalah sensoris yang berbeda - beda pada setiap klien
yang memiliki gangguan sensoris oleh karena itu diperlukan keahlian dan keterampilan
khusus bagi perawat dalam berkomunikasi dengan klien dengan gangguan sensoris.
Oleh karena kesulitan – kesulitan
tersebut diatas, maka kelompok tertarik untuk membahas masalah komunikasi
terapeutik pada klien gangguan sensoris.
B.
Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1.
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa/I dapat mengetahui tentang
Komunikasi Terapeutik Pada Klien Dengan Gangguan Sensoris.
2.
Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa/I dapat memahami :
-
Pengertian komunikasi terapeutik
-
Kegunaan
-
Tujuan
-
Fase-fase dalam komunikasi
-
Factor-faktor penghambat
komunikasi
-
Tehnik-tehnik komunikasi
-
Sikap komunikasi terapeutik
-
Tehnik-tehnik komunikasi pada
klien dengan gangguan sensoris
C.
Metode penulisan
Dalam penulisan kelompok menggunakan pendekatan study
pustaka, dimana kelompok mengambil bahan – bahan tentang Komunikasi Terapeutik
Pada Klien Dengan Gangguan Sensoris dari internet dan buku pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.
Pengertian komunikasi
terapeutik
Komunikasi adalah pengiriman atau
tukar menukar informasi, ide dan sebagainya ( Oxford Dictionary, 1956 ).
Komunikasi terapeutik adalah hubungan
perawat-klien yang harmonis sehingga perawat dapat merubah prilaku klien untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal (stuart & sunden).
Komunikasi terapeutik adalah proses
dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien. Proses
memfokuskan pada klien namun direncenakan dan di pimpin oleh seorang
professional ( Keltner, Schwecke, dan Bostrom 1991 ).
2.
Kegunaan
Fungsi komunikasi terapeutik adalah
untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan,
mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan
dalam perawatan.
Proses komunikasi yang baik dapat
memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien untuk dalam
rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap perawatan. Sedangkan pada
tahap preventif kegunaannya adalah mencegah adanya tindakan yang negative
terhadap pertahanan diri pasien.
3.
Tujuan
Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
a.
Membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan.
b.
Mengurangi keraguan, membantu
dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c.
Mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
4.
Fase – fase dalam
komunikasi terapeutik
Fase komunikasi terapeutik dalam
hubungan perawat pasien terdiri dari 3 fase yaitu :
a.
Fase preinteraksi
-
Gali perasaan, fantasi dan rasa
takut dalam diri sendiri
-
Analisis kekuatan dan
keterbatasan professional diri sendiri
-
Kumpulkan data tentang pasien
jika memungkinkan
-
Rencanakan untuk pertemuan
pertama dengan pasien
b.
Fase perkenalan / orientasi
-
Tetapkan alasan pasien untuk
mencari bantuan
-
Bina rasa percaya
-
Gali pikiran, perasaan, dan
tindakan – tindakan pasien
-
Identifikasi masalah pasien
-
Tetapkan tujuan dengan pasien
-
Rumuskan bersama kontrak yang
bersifat saling menguntungkan
c.
Fase kerja
-
Gali stressor yang relevan
-
Tingkatkan pengembangan
penghayatan dan penggunaan mekanisme koping pasien yang konstruktif
d.
Fase terminasi
-
Bina realitas tentgang
perpisahan
-
Tinjau kemajuan terapi dan
pencapaian tujuan - tujuan
-
Gali secara timbale balik
perasaan penolakan
5.
Factor – factor penghambat
komunikasi
a.
Kecakapan yang kurang dalam
berkomunikasi. Kurang cakap berbicara ( terutama di depan umum ), berbicara
tersendat – sendat, menyebabkan pendengar menjadi jengkel dan tidak sabar.
b.
Sikap yang kurang tepat.
Seorang guru yang sedang mengajar di depan kelas, sambil duduk diatas meja akan
memberi kesan kurang baik bagi siswanya.
c.
Kurang pengetahuan. Seorang
yang kurang pengetahuannya jarang membaca atau mendengarkan radio atau televisi.
Akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembicaraan orang lain.
d.
Kurang memahami system social.
e.
Prasangka yang tidak beralasan.
f.
Jarak fisik, komunikasi menjadi
kurang lancer bila jarak antara komunikator dengan reseptor berjauhan.
g.
Tidak ada persamaan persepsi.
h.
Indera yang rusak.
i.
Berbicara yang berlebihan.
Berbicara berlebihan sering kali akan mengakibatkan penyimpangan dari pokok
pembicaraan.
j.
Mendominir pembicaraan, dan
lain sebagainya.
6.
Tehnik – tehnik komunikasi terapeutik
Menurut Wilson, Kneils, Stuart &
sundeen tehnik-tehnik komunikasi dibagi :
- Mendengarkan
Perawat berusaha mengerti klien
dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien berupaya untuk memahami
perasaan klien sikap yang dibutuhkan adalah pandang klien saat sedang bicara,
tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari gerakan yang tidak perlu,
condongkan tubuh kearah lawan bicara, anggukan kepala jika klien membicarakan
hal yang penting atau memerlukan umpan balik.
- Menunujukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui,
menerima berarti bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan ketidak
setujuan atau keraguan. Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening, menggeleng,
yang menyatakan tidak setuju. Sikap yang dibutuhkan adlah mendengarkan tanpa
memutuskan pembicaraan, umpan balik memastikan isyarat non verbal, cocok dengan
komunikasi verbal, menghindari perdebatan.
- Broad opening
Perawat memberi beberapa pertanyaan
yang memungkinkan klien mengungkapkan perasaannya.
- Mengulang ( Restarting )
Melalui pengulangan kembali kata –
kata klien, perawat memberi umpan balik bahwa ia mengerti dan berharap
komunikasi dilanjutkan.
- Klarifikasi
Menjelaskan kembali ungkapan pikiran
yang dikemukakan klien yang kurang jelas bagi perawat agar tidak terjadi salah
pengertian.
- Mengarahkan pembicaraan
Perawat membantu klien untuk
memfokuskan pembicaraan agar lebih spesifik atau terarah. Tujuannya membatasi
pembicaraannya. Hal yang perlu diperhatikan jangan memutuskan pembicaraan.
Tehnik ini biasanya digunakann untuk mendapat data / informasi tentang suatu
masalah.
- Membagi persepsi
Perawat mengungkapkan persepsinya
tentang pasien dan meminta umpan balik dari pasien.
- Refleksi
Perawat mengulang kembali apa yang
dibicarakan klien untuk menunjukkan kalau perawat mendengar dan mengerti apa
yang dibicarakan klien. Refleksi ini memberi kesempatan kepada klien untuk
memahami sikap dan perasaannya sendiri. Keraguan – keraguan diungkapkan oleh orang lain dengnan caranya sendiri.
Tehnik ini digunakan untuk mengungkapkan agar masalahnya menjadi lebih jelas.
- Identifikasi tema
Perawat mengidentifikasin informasi
yang disampaikan klien selama percakapan di ekspresikan ke dalam masalah klien
dan bagaimana pemecahannya.
- Diam ( Silence )
Diam akan memberi kesempatan kepada
perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metoda ini
memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu jika tidak akan menimbulkan perasaan tidak enak.
Diam menggungkapkan klien berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
- Memberi informasi
Perawat berupaya memberi fakta untuk
meningkatkan pengetahuan klien.
- Saran
Merupakan tehnik komunikasi yang baik
bila digunakan pada waktu yang tepat dan konstruktif.
- Memberikan penghargaan
Penghargaan janganlah sampai menjadi
beban dalam arti jangan sampai klien berupaya keras dan melakukan segala –
galanya demi untuk mendapatkan persetujuan atau pujian atas perbuatannya.
Memberikan salam kepada klien dengan menyebutkan namanya menghargai klien
sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya
sendiri sebagai individu.
- Memberi kesempatan untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan kepada klien
untuk berinisiatif dalam memilih topic
pembicaraan untuk klien yang ragu – ragu dan tidak pasti tentang perasaannya.
Dalam interaksi ini perawat dapat menstimuluskan untuk mengambil inisiatif dan
merasakan bahwa ia diharapkan untuk
membuka pembicaraan.
- Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tehnik ini mem berikan kesempatan
kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. Tehnik ini juga
mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan
tertarik apa yang akan dibicarakan selanjutnya.
- Meringkas
Meringkas dan pengulangan ide utama yang
telah di komunikasikan secara singkat metode ini bermanfaat untuk mengingat
topic – topic yang telah dibahas sebelum meneruskan pembicaraan selanjutnya.
7.
Sikap komunikasi terapeutik
Sikap komunikasi terapeutik adalah :
-
Berhadapan
Arti dari posisi ini adalah “ saya siap
untuk anda “.
-
Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama
berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
-
Membungkuk kearah klien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu.
-
Mempertahankan sikap terbuka
Tidak melipat kaki atau tangan,
menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.
-
Tetap rileks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan
antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon pada klien.
Komunikasi non verbal :
-
Isyarat vocal
-
Isyarat tindakan
-
Isyarat objek
-
Sentuhan
Dimbley dan Burton ( 1992 ) mengatakan bahwa bahasa tubuh
mempunyai beberapa unsur :
1.
Gerak tubuh
Ketika berbicara orang membuat gerakan dengan tangan
mereka, beberapa orang lebih banyak membuat gerakan tangan ini dibandingkan
beberapa orang lainnya.
2.
Ekspresi wajah
Dari ekspresi wajah dapat dilihat seseorang mendengar
merasa senang, bingung, atau terganggu akan dapat dikenali dengan mengamati
mata dan mulutnya.
3.
Pandangan
Pandangan terkoordinasi sangat erat dengan bicara,
pembicaraan biasanya mendengar sebelum ia memutus tata bahasa dan terutama
sebelum berakhir perkataan.
4.
Postur
Cara tubuh ditopang memberi petunjuk umum tentang
kepercayaan diri, perhatian, kebosanan, konfrontasi dan reaksi – reaksi
spesifik lainnya.
5.
Jarak tubuh dan kedekatan
Orang membutuhkan ruang tertentu disekeliling mereka,
agar mereka merasa nyaman dan kebutuhan ini berbeda – beda tergantung pada
usia, jenis kelamin dan budaya.
6.
Sentuhan
Menunjukkan banyak hal tentang sifat hubungan dan
derajat persahabatan diantara dua orang. Sentuhan adalah sebuah pembawa pesan
yang ampuh seperti yang dikenai oleh para kekasih, teman, saudara dan korban
pelecehan atau kekerasan seksual.
7.
Pakaian
Cara dan jenis pakaian, rambut perhiasan dan merias
wajah berbicara banyak tentang kepribadian, peran, pekerjaan, status dan
suasana hati seseorang.
8.
Tehnik – tehnik komunikasi
pada klien dengan gangguan sensoris
- Klien dengan gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan dapat terjadi
baik karena kerusakan organ, misal : conea, lensa mata, kekeruhan humor
vitreus, maupun kerusakan cornea, serta kerusakan saraf penghantar inpuls
menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan
kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat
menyebabkan kebutaan, baik parsial
maupun total.
Akibat kerusakan visual kemampuan
menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan
sentuhan. Oleh karena itu komunikasi yang di lakukan harus mengoptimalkan fungsi
pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus
digantikan oleh informasi yang dapat di transper melalui ondera yang lain.
Sebagai contoh ketika melakukan orientasi ruangan, klien harus mendapat
keterangan yang memvisualisasi kondisi ruang rawat secara lisan, misalnya
dengan menerangkan letak meja dan kursi, menerangkan berapa langkah posisi
tempat tidur dari pintu, letak kamar mandi dan sebagainya.
Berikut adalah tehnik – tehnik yang
perlu diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan
penglihatan.
a.
Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien
bila ia mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan /
kehadiran perawat ketika anda berada di dekatnya.
b.
Identifikasi diri anda dengan
menyebutkan nama ( dan peran ) anda.
c.
Berbicara dengan menggunakan
nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkannya menerima pesan
nonverbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna
bagi klien.
d.
Terangkan alasan anda menyentuh
atau mengucapkan kata – kata sebelum melakukan sentuhan pada klien.
e.
Ketika anda akan meninggalkan
ruangan atau hendak memutus komunikasi/ pembicaraan, informasikan kepadanya.
f.
Orientasikan klien pada suara –
suara yang terdengar di sekitarnya.
g.
Orientasikan klien pada
lingkungannya bila klien dipindah ke lingkungan yang asing baginya.
- Klien dengan gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran dapat terjadi
berupa penurunan pendengaran hingga tuli. Bentuk tuli yang selama ini dikenal
ialah tuli perspektif dan tuli konduktif. Tuli perspektif adalah tuli yang
terjadi akibat kerusakan system saraf, sedangkan tuli konduktif terjadi akibat
kerusakan struktur penghantar rangsang suara.
Pada klien dengan gangguan
pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual.
Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi
dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat
penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya
sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Berikut adalah tehnik – tehnik
komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan pendengaran.
a.
Orientasikan kehadiran diri
anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan klien.
b.
Usahakan menggunakan bahasa
yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien membaca
gerak bibir anda.
c.
Usahakan berbicara dengan
posisi tepat di depan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimic wajah yang
lazim.
d.
Jangan melakukan pembicaraan
ketika anda sedang mengunyah sesuatu ( misalnya makanan atau permen karet ).
e.
Gunakan bahasa pantomin bila
memungkinkan dengan gerakan sederhana dan perlahan.
f.
Gunakan bahasa isyarat atau
bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan.
g.
Apabila ada sesuatu yang sulit
untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar
( symbol ).
- Klien dengan gangguan wicara
Gangguan wicara dapat terjadi akibat
kerusakan organ lingual, kerusakan pita suara, ataupun gangguan persarafan.
Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya
pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami gangguan
wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat
atau menggunakan tulisan dan gambar.
Pada saat berkomunikasi dengan klien
dengan gangguan wicara, hal – hal berikut perlu diperhatikan.
a.
Perawat benar – benar dapat
memperhatikan mimic dan gerak bibir klien.
b.
Usahakan memperjelas hal yang
disampaikan dengan mengulang kembali kata – kata yang diucapkan klien.
c.
Mengendalikan pembicaraan
supaya tidak membahas terlalu banyak topic.
d.
Mengendalikan pembicaraan
sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
e.
Memperhatikan setiap detil
komunikasi sehingga pesan dapat diterima dengan baik.
f.
Apabila perlu, gunakan bahasa
tulisan dan symbol.
g.
Apabila memungkinkan, hadirkan
orang yang terbiasa berkomunikasi lisan dengan klien untuk menjadi mediator
komunikasi.
KESIMPULAN
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman
belajar bersama dan pengalaman perbaikan
emosi bagi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dan
memakai beberapa tehnik komunikasi agar perilaku klien berubah kearah yang
positif seoptimal mungkin.
Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik ia
harus menganalisa dirinya : kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan,
kemampuan sebagai rool model. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan
perawat verbal atau non verbal hendaknya bertujuan terapeutik untulk klien.
Komunikasi pada klien gangguan sensoris, tehnik-tehnik
yang digunakan sedikit berbeda, misalnya pada klien dengan gangguan penglihatan
komunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan. Oleh karena itu
komunikasi yang di lakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan
karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang
dapat di transper melalui ondera yang lain.
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi
yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan
dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak bibir
lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga
dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap
oleh indra visualnya.
Berkomunikasi dengan klien dengan gangguan wicara
memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar.
Klien yang mengalami gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dan gambar.
DAFTAR PUSTAKA
Tamsuri, Anas. Ns. S. Kep, Komunikasi Dalam Keperawatan.
EGC ; Jakarta 2006
Purwanto, Heri, Komunikasi Untuk Perawat.
EGC ; Jakarta
1994
Gail Wiscarz Stuart Sandra J. Sundeen, Keperawatan
Jiwa. EGC ; Jakarta
1998
Kariyoso, Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat.
EGC ; Jakarta
1994
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus:)
BalasHapus