OLAHRAGA PASIEN JANTUNG
By.
Alexander Edo Tondas, dr., Sp.JP.
Siapa Bilang Pasien Jantung Tidak
Bisa Berolahraga? Alexander Edo Tondas, dr., Sp.JP Kesehatan Umum Tanya dokter
gratis asuransi kecelakaan. Artikel kesehatan dan penyakit. Cari rumah sakit,
wanita ibu hamil dokter kandungan anak klinik kehamilan. Cara diet sehat,
fitness, langsing, cantik Sekitar 12% dari semua kematian di Amerika Serikat
terkait dengan kurangnya aktivitas fisik yang teratur (sedentary lifestyle).
Risiko penyakit jantung koroner (PJK-red) prematur meningkat setidaknya dua
kali lipat pada mereka yang tidak memiliki aktivitas fisik yang teratur. Mereka
dengan aktivitas fisik yang optimal memiliki risiko 30-40% lebih rendah untuk
PJK dan stroke.
Dalam artikel ini saya akan
memfokuskan pembahasan mengenai manfaat olahraga untuk pasien yang sudah
terdiagnosis berpenyakit jantung koroner, dimana sudah terdapat penyempitan
pembuluh darah yang mengganggu suplai darah ke jantung; dengan kata lain dalam
konteks rehabilitasi jantung. Manfaat Olahraga bagi penderita PJK Sebelumnya
saya minta maaf karena membawa berita buruk untuk mereka yang sudah divonis
sebagai penyandang PJK; olahraga tidak akan “menyembuhkan†anda dari penyempitan pembuluh darah. Memang
ini bukan sulap, plak aterosklerosis
yang sudah menyusup ke lapisan pembuluh koroner tidak bisa serta merta
dihilangkan begitu saja. Intervensi kedokteran dengan pemasangan ring/stent
(angioplasty) atau bedah pintas jantung (bypass) dapat membantu, namun tentu
dengan biaya yang tidak murah. Bagaimanapun lebih baik mencegah timbulnya PJK
bila anda mengetahui diri anda berisiko dan punya potensi untuk itu (pencegahan
primer) daripada mengobati. Jujur saja, pasien penyakit jantung cenderung
membutuhkan obat-obatan yang banyak, manjadi korban polifarmasi, bahkan
beberapa pasien tampak seperti “apotek berjalanâ€, hanya untuk menyambung hidupnya. Berita baiknya, dengan minum
obat-obatan dan olahraga, para penderita PJK dapat mencegah terjadinya serangan
jantung yang fatal, jangan sampai plak koroner yang sudah matang pecah dan
menyumbat total aliran darah secara mendadak. Olahraga masih membawa manfaat
yang sangat besar bagi penyandang PJK : Menurunkan angka kematian secara umum,
dan angka serangan jantung ulang secara bermakna.
Merangsang pembentukan
“kolateralâ€. Sungguh ajaib ciptaan Tuhan, apabila terjadi kekurangan suplai
oksigen ke jaringan otot jantung, pembuluh koroner dapat membentuk
pintasan-pintasan pembuluh darah ekstra dari cabang-cabang yang masih sehat
lewat proses angiogenesis. Walaupun pembuluh darah baru ini tidak sebaik
aslinya, setidaknya dapat membantu memberikan sedikit nutrisi dan biasanya
keluhan angina (nyeri dada khas jantung) juga akan berkurang. Mengurangi proses
peradangan yang menjadi penyebab dasar kerusakan lapisan pelindung pembuluh
koroner (endotel) sehingga progresivitas PJK dapat ditahan. Dengan membaiknya
endotel, pembuluh menjadi lebih elastis dan kapasitas pelebarannya membaik.
Menghambat penumpukan plak aterosklerosis dalam pembuluh koroner, bahkan dalam
derajat tertentu dikatakan dapat mengikis plak tersebut.
Program latihan untuk penderita PJK
Program latihan untuk pasien yang sudah diketahui memiliki PJK harus dirancang
sesuai dengan kondisi kesehatan dan level kemampuan fisik masing-masing
individu. Karena itu, sebaiknya dilakukan uji latih (biasanya berupa treadmill
test) di poliklinik jantung terdekat terlebih dahuulu untuk mengetahui tingkat
risiko dan kapasitas fungsional awal pasien, sehingga intensitas pemberian dan
tipe latihan terbaik dapat disesuaikan.
Metode pemberian latihan pada pasien
PJK Biasanya untuk prinsip pemberian latihan sebagai bagian dari rehabilitasi
pada pasien PJK kami memakai singkatan “ F-I-I-T-Tâ€, agar mudah dijabarkan secara
sistematis.
- F :
Frequency
Frekuensi
latihan yang disarankan adalah minimal 3-5 x /minggu untuk mencapai perbaikan
kapasitas fungsional yang bermakna.
- I :
Intensity
Menentukan
intensitas dari latihan biasanya dilakukan berdasarkan denyut nadi maksimal
pasien (HR max). HR max menurut usia didapatkan dengan rumus (220-usia saat
ini). Misal usia pasien 30 tahun maka HR max adalah 190x/menit. Periksalah nadi
pergelangan anda saat latihan untuk mengetahui apakah target denyut nadi anda
sudah tercapai untuk intensitas tertentu. Cara yang praktis adalah menghitung
jumlah denyutan dalam 10 detik, kemudian dikalikan dengan 6, akan didapatkan
kisaran denyut nadi latihan per menit. Latihan ringan bila denyut nadi latihan
mencapai <60% HR max. Latihan sedang antara 60-79% HR max dan latihan berat
80-90% dari HR max. Misalnya, untuk pasien usia 30 tahun diatas, intensitas
dikatakan sedang bila denyut nadi saat latihan berkisar antara
(60%x190=114x/menit) dan (79%x190=150x/menit). Sedangkan intensitas sangat
berat (>90%) tidak disarankan untuk penderita sakit jantung.
- I :
Increment
Bagaimana
cara menaikkan intensitas latihan ? Program latihan harus dimulai dari
intensitas ringan dahulu selama periode 4-6 minggu barulah ditingkatkan ke
intensitas sedang. Periode ini disebut periode latihan yang sebenarnya atau
periode pengkondisian. Selama 4-5 bulan berikutnya pada level latihan
perlahan-lahan dapat ditingkatkan hingga batas atas intensitas sedang. Bila
sudah mencapai tahap ini, intensitas dapat dipertahankan untuk seterusnya
sebagai bagian dari hidup sehari-hari. Supervisi diperlukan untuk kelas risiko
pasien tertentu.
- T : Type
Moda
latihan haruslah tipe latihan yang menggunakan sekelompok besar otot dan
bersifat aerobik, seperti berjalan, jogging, bersepeda, mengayuh, naik tangga
dan aktivitas ketahanan (endurance) lainnya. Moda latihan yang dipilih haruslah
menyenangkan untuk individu dan cukup sederhana agar kepatuhan untuk
berolahraga baik.
- T : Time
Durasi
yang direkomendasikan untuk tiap sesi latihan adalah 30-50 menit yang terdiri
atas 3 fase :
-
Fase
Warm up selama 5-10 menit terdiri atas peregangan, dan aktivitas aerobik
bertahap untuk meningkatkan nadi hingga target yang ditentukan. Peningkatan
bertahap ini bertujuan untuk menekan risiko komplikasi.
-
Fase
Training/conditioning minimal 20 menit dan idealnya 30-45 menit aktivitas
aerobik berkesinambungan.
-
Fase
Cool down selama 5-10 menit, melibatkan latihan intensitas rendah dan merupakan
pemulihan dari fase conditioning. Bila tidak dilakukan cooling down, darah yang
kembali ke jantung berkurang secara mendadak sementara kebutuhan konsumsi
oksigen jantung masih tinggi sehingga dapat terjadi konsekuensi seperti
hipotensi, angina, aritmia. Namun ingat, dalam konteks rehabilitasi jantung,
OLAHRAGA hanyalah salah satu pilar dari pencegahan sekunder. Perhatian juga
harus diberikan pada MODIFIKASI FAKTOR RISIKO (manajemen berat badan, stop
rokok, konseling nutrisi, kontrol darah tinggi/diabetes/kolesterol) dan
MANAJEMEN PSIKOSOSIAL. Depresi, kegelisahan dan penyangkalan jamak dijumpai
pada pasien pasca serangan jantung, hingga 20%. Depresi terkait dengan kapasitas
olahraga yang rendah, kurang energik, lebih murah capek, dan penurunan kualitas
hidup. Wanita, terutama perempuan muda, sangat rentan terhadap depresi. Karena
itu kerjasama lintas batas dengan psikologi dan psikiater juga diperlukan pada
kasus-kasus tertentu. Ready ? Set … Go! Selamat berolahraga. Jangan takut
karena manfaatnya jauh lebih besar daripada risikonya.
Yayasan
Jantung Indonesia telah mempopulerkan senam jantung sehat yang dapat diakses
melalui Youtube :
Bila ada yang masih kurang jelas,
konsultasikan dengan kardiolog terdekat. Referensi :
1.
Cardiac
Rehabilitation Manual. Springer, 2011.
2.
Antman
EM, Anbe DT, Armstrong PW, et al. ACC/AHA guidelines for the management of
patients with ST-elevation myocardial infarction: executive summary: a report of
the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on
Practice Guidelines (Committee to Revise the 1999 Guidelines on the Management
of Patients with Acute Myocardial Infarction) J Am Coll Cardiol 2004;44:671-719.
3.
Wanger
N.K. Current Status of Cardiac Rehabilitation. J Am Coll Cardiol, 2008;
51:1619-1631, doi : 10.1016 / j.jacc.2008.01.030.