Minggu, 24 Februari 2013

Sejarah Keperawatan



SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA

A.SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA

1.Zaman Purbakala
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.
2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
4. Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
5. Permulaan abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
a. Mulai dikenal konsep P3K
b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
1. Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
2. Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.
3. ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.
6. Perkembangan keperawatan di Inggris
Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka sekolah perawat modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia.
Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan a. l :
a. Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
b. Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
c. Manajemen RS
d. Mengembangkan pendidikan keperawatan
e. Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
f. Pendidikan berlanjut bagi perawat.

B.SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
Ø  PERKEMBANGAN KEPERAWATAN SEBELUM KEMERDEKAAN

1. Zaman penjajahan belanda
Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut VELPLEGEK dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah sakit. usaha pemerintahan Belanda dibidang kesehatan adalah :

1. Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di Jakarta pada tahun 1799

 2 .Mendirikan rumah sakit II Butten Hospital

3. Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients)

4. Membentu Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst)

2.       Zaman penjajahan Inggris(1812-1816)

Gubernur jendral Rafles sangat memperhatikan rakyat semboyan :Kesehatan adalah milik manusia. Usaha-usahanya dibidang kesehatan :

1. Pencacaran secara umum

2.Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa

3.Memperhatikan kesehatan pada para tawanan

3. Zaman penjajahan Jepang (1942 – 1945)

Menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang juga merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Kemunduran-kemunduran ini terlihat pada

1. pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terdidik,

2.Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang jepang,

3.Obat-obatan sangat kurang

4.Wabah penyakit terjadi dimana-mana.


Ø  SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN PADA MASA KEMERDEKAAN
Usaha-usaha dibidang kesehatan tahun 1949 mulai dibangun rumah sakit dan balai kesehatan. Tahun 1952 mulai didirikan sekolah perawat yaitu sekolah guru perawat dan sekolah perawat setingkat SLTP tahun 1962 mulai didirikan pendidikan keperawatan professional.

Ø  SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN SETELAH KEMERDEKAAN
a.Periode 1945 -1962
Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun masih jalan di tempat. Ini dapat dilihat dari pengembanagan tenaga keperawatan yang masih menggunakan system pendidikan yang telah ada, yaitu perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3 tahun pendidikan), untuk ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa. Terdapat pula pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang lulusannya disebut mantri juru rawat.
Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955, dibuka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah pendidikan satu tahun dan sekolah pengamat kesehatan sebagai pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi selama satu tahun.
Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan dasar umum SMA yang bertempat di Jakarta, di RS. Cipto Mangunkusumo. Sekarang dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl. Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
Walupun sudah ada pendidikan tinggi namun pola pengembangan pendidikan keperawatan belum tampak, ini ditinjau dari kelembagaan organisasi di rumah sakit. Kemudian juga ditinjau dari masih berorientasinya perawat pada keterampilan tindakan dan belum dikenalkannya konsep kurikulum keperawatan. Konsep-konsep perkembangan keperawatan belum jelas, dan bentuk kegiatan keperawatan masih berorientasi pada keterampilan prosedural yang lebih dikemas dengan perpanjangan dari pelayanan medis.


b.Periode 1963-1983
Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang keperawatan. Pada tahun 1972 tepatnya tanggal 17 April lahirlah organisasi profesi dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau langkah maju dalam perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983 organisasi profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.
c.Periode 1984 sampai dengan sekarang
Pada tahun 1985, resmi dibukanya pendidikan S1 keperawatan dengan nama Progran Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi di Jakarta. Sejak saat itulah PSIK-UI telah menghasilkan tenaga keperawatan tingkat sarjana sehingga pada tahun 1992 dikeluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang mengakui tenaga keperawatan sebagai profesi.
Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di Universitas Padjajaran Bandung. Pada tahun 1997 PSIK-UI berubah statusnya menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI), dan untuk meningkatkan kualitas lulusan, pada tahun 1998 kurikulum pendidikan Ners disyahkan dan digunakan. Selanjutnya juga pada tahun 1999 kurikulum D-III keperawatan mulai dibenahi dan mulai digunakan pada tahun 2000 sampai dengan sekarang.
d.Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia
Tahun 1800 pasien jiwa sudah dikumpulkan di bangsal-bangsal dan perawatannya bersifat penjagaan. RS jiwa didirikan pertama kali tahun 1875 di Cilandak Bogor dnegan kapasitas 400 orang. Rumah sakit jiwa kedua di Lawang tahun 1894 dengan kapasitas 3300 pasien. Rumah sakit jiwa ketiga RSJ Prof. Dr. Soeroyo di magelang tahun 1923 dengan 1400 pasien.Pendidikan keperawatan jiwa baru dibuka bulan September 1940 di bogor dengan kursus. Saat ini perawatan jiwa diselenggarakan secara modern. Dibangsal-bangsal, pengobatan dengan shock terapi, menggunakan obat-obat tidur dnegan musik, olah raga dan rekreasi.
Konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang Islam (Islamic health belief) dan nilai-nilai profesi yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di Negara barat, keyakinan akan spiritual Islam tercermin dalam budaya mereka.
          Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi tinggal bagaimana keperawatan dan islam berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan informatika kesehatan agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan dimulai oleh Rufaidah binti Sa'ad (Diposkan oleh keprawatan asian)



Keperawatan Islam
Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature barat. Florence Nightingale adalah pelopor perawat modern. Ia dikenali dengan nama The Lady With The Lamp dalam bahasa Inggris yang berarti “Sang Wanita dengan Lampu”. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin. Ada pula yang  mengenal sebagai Rufaidah binti Sa’ad/Rufaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan publikasi menyebutkan Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan dimasa Nabi Muhammad SAW adalah perawat pertama muslim. Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern, Negara di timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah, seorang perawat muslim. Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur Tengah.
Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain.
Rufaidah binti Sa’ad memiiki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al Bani Aslam Al Khazraj yang tinggal di Madinah. Dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar. Ayahnya merupakan seorang dokter, dan ia memelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu ayahnya.
Ketika kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit dan membangun tenda di luar Mesjid Nabawi saat damai (ketika tidak sedang perang).
Dan ketika perang Badr, Uhud, Khandaq dan perang Khaibar, dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Juga mendirikan rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat perang. Nabi Muhammad sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya.
Rufaidah juga melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang Khaibr mereka meminta izin Nabi Muhammad S.A.W., untuk ikut di baris belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka, dan Rasulullah mengizinkannya.
Kontribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktivitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, bahkan penderita cacat mental.
Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Islam. Dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventive care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan (health education).
Sejarah Islam juga mencatat beberapa nama yang bekerjasama dengan Rufaidah, seperti:
  • Ummu Ammara
  • Aminah
  • Ummu Ayman
  • Safiyat
  • Ummu Sulaiman
  • Hindun
Ada juga beberapa muslim yang terkenal sebagai perawat adalah:
  • Ku’ayibat
  • Aminah binti Abi Qays Al Ghifari
  • Ummu Atiyah Al Ansariyat
  • Nusaibat binti Ka’ab Al Maziniyat
Ummu Ammara dikenal juga sebagai Nusaibat binti Ka’ab bin Maziniyat. Dia adalah ibu dari Abdullah dan Habi, anak dari Bani Zayd bin Asim. Nusaibat dibantu suami dan anaknya dalam bidang keperawatan. Dia berpartisipasi dalam Perjanjian Aqabat dan Perjanjian Ridhwan juga andil dalam Perang Uhud dan perang melawan Musailamah di Yamamah bersama anak dan suaminya. Dia terluka 12 kali, tangannya terputus dan dia meninggal dengan luka-lukanya. Dia juga terlibat dalam Perang Uhud, merawat korban yang terluka dan menyuplai air juga digambarkan berperang menggunakan pedang untuk membela Nabi.
Dalam bidang lain, tersebutlah nama Asy-Syifa’ binti Al-Harits. Asy-Syifa’ termasuk wanita cerdas yang dikenal sebagai guru dalam membaca dan menulis serta ahli ruqyah (pengobatan) sebelum datangnya Islam. Sesudah memeluk Islam, dia tetap memberikan pengajaran kepada kaum perempuan. Oleh karena itu, dia disebut sebagai guru (ulama) wanita pertama dalam Islam. Di antara muridnya bernama Hafshah binti Umar bin Khattab. Kesibukan mengurus suami dan mendidik seorang anak tidak membuat Asy-Syifa’ lupa untuk menuntut ilmu hadis kepada Rasulullah, kemudian menyebarkannya sembari menyelipkan nasehat-nasehat bagi umat Islam. Bahkan, Khalifah Umar bin Khattab sering meminta pendapat Asy-Syifa’ tentang urusan agama dan dunia.
Lain Asy-Syifa’ lain Ummu Hani’. Selain pandai berdiplomasi, Ummu Hani’ binti Abi Thalib Al-Hasyimiyyah kesohor sebagai penunggang unta yang hebat, periwayat dan pengajar hadis hingga akhir hidupnya. Ummu Hani’ mengerti betul tugasnya selaku istri yang mengagungkan hak-hak suami dan mengasuh keempat anaknya. Baginya, mengurus mereka membutuhkan perhatian yang menyita waktu banyak. Karena itu, dia tak ingin menyia-nyiakan satu pun dari keduanya, hingga dia mendapatkan pujian yang begitu mulia dari Rasulullah sebagai perempuan penyayang keluarga. Pada saat yang sama, Ummu Hani’ pun tidak lupa berperan di tengah masyarakat.
Jasa Hafshah binti Umar bin Khattab juga tidak boleh diremehkan. Dia memiliki keberanian, kepribadian kuat dan ucapannya tegas. Kelebihan lainnya berupa kepandaian dalam membaca dan menulis, padahal ketika itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki kaum perempuan. Bahkan, dia satu-satunya istri Rasulullah yang pandai membaca dan menulis. Atas dasar hal tersebut, Hafshah sebagai orang yang pertama kali diperintahkan oleh khalifah Abu Bakar Siddiq untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Quran yang masih berserakan di banyak tempat pada lembaran kulit, tulang dan pelepah kurma sekaligus menyimpan dan memeliharanya. Mushaf asli Al-Quran itu berada di rumah Hafshah hingga dia meninggal dunia.
Ketika Rasulullah mengalami rintangan dan gangguan dari kaum kafir Quraisy, maka Khadijah Binti Khuwailid selalu berada di sampingnya untuk menenangkan sekaligus menyenangkan hatinya yang gundah. Khadijah juga mendukung perjuangan suaminya dengan sepenuh jiwa raga dan menyerahkan seluruh harta benda yang dimilikinya. Sebagai pebisnis muslimah sukses yang dermawan, wanita terbaik di dunia ini memang setia, taat dan sayang kepada suami dan anak-anaknya. Khadijah selalu menyiapkan makanan, minuman dan segala keperluan Rasulullah serta mendidik putra putrinya dengan teladan dan penuh kesadaran.
Kisah lebih heroik terjadi pada Ummu ‘Umarah. Ummu ‘Umarah bersama suami dan kedua putranya ikut dalam Perang Uhud yang berlangsung dahsyat. Ketika pasukan kaum muslimin tercerai berai, Ummu ‘Umarah justru mendekati Rasulullah, bermaksud melindungi di depannya dengan menggunakan pedang. Namun, Ummu ‘Umarah beberapa kali terkena sabetan pedang yaang ditebarkan pasukan musuh. Luka yang paling besar terdapat di pundaknya, karena ditikam Ibnu Qami’ah, hingga dia harus mengobati luka itu setahun lamanya. Pada masa khalifah Abu Bakar Siddiq, Ummu ‘Umarah juga ikut memerangi Musailamah Al-Kadzdzab yang mengaku nabi. Di sinilah Ummu ‘Umarah terpotong tangannya dan kehilangan seorang putranya yang terbunuh.