BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan.
Manusia tidak akan bisa bertahan hidup tanpa air. Selain berguna untuk manusia,
air pun diperlukan oleh makhluk hidup lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi
manusia, air sebagian besar digunakan sebagai air minum baik yang dapat diminum
langsung maupun yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum.
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Badan manusia terdiri dari sekitar 65% air. Kehilangan air cukup
banyak dapat berakibat fatal atau bahkan mengakibatkan kematian. 1) Setiap hari
manusia memerlukan 2,5 – 3 liter air untuk minum dan makan. 2) Air yang ada di
bumi umumnya tidak dalam keadaan murni (H20), melainkan mengandung
berbagai bahan baik terlarut maupun tersuspensi, termasuk mikroba. Oleh karena
itu sebelum dikonsumsi, air harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan
atau menurunkan kadar bahan tercemar sampai pada tingkat yang aman. Air bersih
adalah air yang jernih tidak berwarna, dan tidak berbau.
Menurut
Departemen Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak
berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari
sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat resiko bahwa air ini telah
tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat
berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100oC,
banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini (Suprihatin,
2003).
Untuk
pertama kalinya Indonesia memproduksi air minum dalam kemasan dengan merk
“AQUA” pada tahun 1972. Lambat laun perkembangan air minum dalam kemasan
berkembang pesat. Tetapi, makin lama harga air minum dalam kemasan terasa mahal
dan hanya dapat dijangkau oleh golongan ekonomi menengah ke atas. Celah ini
menjadikan bisnis air minum isi ulang memiliki pangsa pasar sendiri. Maraknya
bisnis baru ini tidak terlepas dari semakin mahalnya harga air minum kemasan
terutama yang bermerek. Harga yang ditawarkan air minum isi ulang dapat lebih
murah lantaran tidak memerlukan biaya pengiriman dan pengemasan. Masyarakat
masih banyak yang memiliki persepsi bahwa depot air minum isi ulang ini air
bakunya adalah berasal dari sumber mata air pegunungan yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan. Dalam kenyataannya tidak demikian, air baku dapat diambil
dari berbagai sumber. Hygienitas depot air minum isi ulang memang tidak dapat
ditentukan. Selain kualitas peralatannya, tergantung pula kemampuan dan
ketaatan tenaga yang mengoperasikan peralatan tersebut termasuk sikap dan
perilaku bersih dan sehatnya. Tenaga yang mengoperasikan dan menangani hasil
olahan yang tidak berperilaku bersih dan sehat dapat mencemari hasil olahan
(Siswanto, 2003).
Mengingat
bahwa air minum yang dijual pada depot air minum rawan pencemaran karena faktor
lokasi, penyajian dan pewadahan yang dilakukan secara terbuka dengan
menggunakan wadah botol air minum kemasan isi ulang sehingga konsumen perlu
mewaspadai hal tersebut. Bakteri coliform dicurigai berasal dari tinja.
Oleh karena itu, kehadiran bakteri ini di dalam berbagai tempat mulai dari air
minum, bahan makanan ataupun bahan-bahan lain untuk keperluan manusia, tidak
diharapkan dan bahkan sangat dihindari. Karena adanya hubungan antara tinja dan
bakteri coliform, jadilah kemudian bakteri ini sebagai indikator alami
kehadiran materi fekal. Artinya, jika pada suatu subtrat atau benda misalnya
air minum didapatkan bakteri ini, langsung ataupun tidak langsung air minum
tersebut dicemari materi fekal (Suriawiria, 1996).
Keterbatasan daya beli masyarakat terhadap air minum dalam kemasan
membuat sebagian besar masyarakat lebih memilih membeli air minum isi ulang
yang disediakan oleh Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) dengan harga yang
relatif lebih murah dan terjangkau tanpa mempertimbangkan kualitas. Akan tetapi
dengan masih banyaknya kandungan kuman, bakteri dan zat kimia yang terkandung
dalam air isi ulang dan semakin banyaknya depot air isi ulang yang bermunculan,
dan demi untuk melindungi konsumen ataupun masyarakat yang menggunakan air isi
ulang sebagai alternatif yang murah dalam memenuhi kebutuhan air minum, Menteri
Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran nomor 860/Menkes/VII/2002 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang. Menindak
lanjuti surat edaran tersebut Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dengan secara rutin
telah melakukan pengawasan dan pembinaan kepada produsen/depot air minum isi
ulang (DAMIU).
Di Kota Bengkulu sebagai satu –satunya penyedia air bersih,
pelayanan PDAM dirasakan masih kurang, antara lain : 1). air tidak layak
langsung diminum, 2). berbau kaporit, 3). Tidak mengalir setiap saat, tetapi
secara bergiliran dan 4). cakupan pelayanan air minum masih rendah dimana
jumlah penduduk yang terlayani baru 25 %. Sementara itu pemanfaatan sarana air
bersih (SAB) oleh masyarakat juga masih rendah, dimana tidak semua rumah
memiliki sarana air bersih.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan air bersih di Kota
Bengkulu masih rendah, sehingga sebagian besar masyarakat Kota Bengkulu memanfaatkan air Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) dan sarana air bersih sebagai sumber air untuk mandi dan mencuci saja,
tidak digunakan sebagai air minum. Hal ini mendorong munculnya trend baru dalam
penyediaan air bersih diantaranya adalah penjualan air minum dalam kemasan atau
air minum isi ulang.
Dalam
penelusuran data sekunder pada laporan Seksi Kesehatan dan Makanan Dinas
Kesehatan Kota Bengkulu bahwa diketahui jumlah Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) sebanyak 236, dimana di Kecamatan Gading Cempaka 40 depot . Dari
236 depot air minum isi ulang tersebut komponen unit pengolahan airnya tidak
sama. Perbedaan komponen di masing – masing depot air minum tersebut
dikarenakan masing – masing pengusaha depot membeli alat pengolahan dari
suplier berbeda. Komponen unit pengolahan air DAMIU terdiri dari : Sandfilter,
Carbonfilter, microfilter, desinfeksi ozon dan desinfeksi ultra violet dan
masing – masing depot tidak menggunakan merk yang sama dalam pembelian
komponen.
Dengan semakin maraknya Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Bengkulu,
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu telah melakukan beberapa hal dalam rangka membina
dan mengawasai aspek kualitas produksi DAMIU. Semakin tinggi
tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko
kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan
hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air
terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas adalah Shigella, yaitu
mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah
(Suprihatin, 2003).
Dari
hasil pemeriksaan UPT Laboratorium Kesehatan Kota
Bengkulu tahun 2009 terhadap DAMIU se Kota Bengkulu, menunjukkan bahwa 82,19% sampel pemeriksaan diperoleh hasil adanya
bakteri Coliform, sedangkan di
Kecamatan Gading Cempaka didapat data sebesar 85,00%. (Susiani, 2010).
Beranjak
dari hasil penelitian serta data tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian
“Hubungan Sarana Produksi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Dengan Hasil Uji
Bakteriologis Coliform Di Kecamatan
Gading Cempaka Kota Bengkulu”.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah karena masih banyaknya hasil uji bakteriologis pada depot
air minum isi ulang (DAMIU), yang menunjukkan 85% sampel pemeriksaan diperoleh hasil adanya
bakteri Coliform di Kecamatan
Gading Cempaka Kota Bengkulu.
C.
Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka timbul pertanyaan
mengenai apakah ada hubungan antara sarana produksi depot
air minum isi ulang (DAMIU) dengan hasil uji bakteriologis Coliform di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
D.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan hasil
uji bakteriologis Coliform dengan
sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Gading Cempaka Kota
Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi lokasi sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) di
Kecamatan Gading Cempaka Kota
Bengkulu.
b. Diketahuinya
distribusi frekuensi bangunan sarana produksi
depot air minum isi ulang (DAMIU) di
Kecamatan Gading Cempaka
Kota Bengkulu.
c. Diketahuinya
distribusi frekuensi fasilitas sanitasi sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) di
Kecamatan Gading Cempaka
Kota Bengkulu.
d. Diketahuinya
distribusi frekuensi hasil uji bakteriologis Coliform depot air minum
isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
e. Diketahuinya
hubungan lokasi sarana produksi depot air minum isi
ulang (DAMIU) dengan hasil uji bakteriologis Coliform di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
f. Diketahuinya
hubungan bangunan sarana produksi depot air minum isi
ulang (DAMIU) dengan hasil uji bakteriologis Coliform di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
g. Diketahuinya
hubungan fasilitas sanitasi sarana produksi depot air minum isi
ulang (DAMIU) dengan hasil uji bakteriologis Coliform di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
E.
Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a.
Sebagai
sumber kepustakaan yang dapat dijadikan bahan untuk mengetahui hubungan hasil uji bakteriologis Coliform dengan sarana produksi depot
air minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
b.
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar pada penelitian selanjutnya
tentang hubungan faktor-faktor sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) terhadap hasil uji bakteriologis Coliform air.
2. Secara Praktis
a.
Sebagai
salah satu informasi bagi Puskesmas di
Kecamatan Gading Cempaka, UPT
Laboratorium Kesehatan Kota Bengkulu dan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dalam
hal hubungan hasil uji Coliform dengan sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU).
b.
Sebagai
bahan masukan bagi masyarakat umum untuk mengetahui tentang hubungan antara hasil uji bakteriologis Coliform dengan sarana produksi depot
air minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
F.
Keaslian Penelitian
Penelitian
yang relevan dengan judul penelitian yaitu:
1.
Mahendra Dwi Putra (2011) dengan judul
“Analisis Pengelolaan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Di Lingkungan Puskesmas
Lingkar Timur Kota Bengkulu”.
2.
Shofyan Zuhri (2009) dengan judul
“Pemeriksaan Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang Pada Depot Air Minum Isi Ulang
Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta”.
Perbedaan penelitian adalah pada
penelitian sebelumnya meneliti tentang Analisis Pengelolaan Depot Air Minum Isi
Ulang dan Pemeriksaan Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang Pada Depot Air Minum
Isi Ulang, yang sama-sama meneliti tentang kalaikan sehat dan sanitasi Depot
Air Minum Isi Ulang (DAMIU) sedangkan pada penlitian ini difokuskan pada
hubungan antara uji bakteriologis Coliform
dengan sarana produksinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar