Selasa, 19 Februari 2013

Analisis DAMIU berhubungan dengan hasil uji bakteriologi



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Manusia tidak akan bisa bertahan hidup tanpa air. Selain berguna untuk manusia, air pun diperlukan oleh makhluk hidup lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air sebagian besar digunakan sebagai air minum baik yang dapat diminum langsung maupun yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum.
Air merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Badan manusia terdiri dari sekitar 65% air. Kehilangan air cukup banyak dapat berakibat fatal atau bahkan mengakibatkan kematian. 1) Setiap hari manusia memerlukan 2,5 – 3 liter air untuk minum dan makan. 2) Air yang ada di bumi umumnya tidak dalam keadaan murni (H20), melainkan mengandung berbagai bahan baik terlarut maupun tersuspensi, termasuk mikroba. Oleh karena itu sebelum dikonsumsi, air harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan tercemar sampai pada tingkat yang aman. Air bersih adalah air yang jernih tidak berwarna, dan tidak berbau.
Menurut Departemen Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100oC, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini (Suprihatin, 2003).
Untuk pertama kalinya Indonesia memproduksi air minum dalam kemasan dengan merk “AQUA” pada tahun 1972. Lambat laun perkembangan air minum dalam kemasan berkembang pesat. Tetapi, makin lama harga air minum dalam kemasan terasa mahal dan hanya dapat dijangkau oleh golongan ekonomi menengah ke atas. Celah ini menjadikan bisnis air minum isi ulang memiliki pangsa pasar sendiri. Maraknya bisnis baru ini tidak terlepas dari semakin mahalnya harga air minum kemasan terutama yang bermerek. Harga yang ditawarkan air minum isi ulang dapat lebih murah lantaran tidak memerlukan biaya pengiriman dan pengemasan. Masyarakat masih banyak yang memiliki persepsi bahwa depot air minum isi ulang ini air bakunya adalah berasal dari sumber mata air pegunungan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Dalam kenyataannya tidak demikian, air baku dapat diambil dari berbagai sumber. Hygienitas depot air minum isi ulang memang tidak dapat ditentukan. Selain kualitas peralatannya, tergantung pula kemampuan dan ketaatan tenaga yang mengoperasikan peralatan tersebut termasuk sikap dan perilaku bersih dan sehatnya. Tenaga yang mengoperasikan dan menangani hasil olahan yang tidak berperilaku bersih dan sehat dapat mencemari hasil olahan (Siswanto, 2003).
Mengingat bahwa air minum yang dijual pada depot air minum rawan pencemaran karena faktor lokasi, penyajian dan pewadahan yang dilakukan secara terbuka dengan menggunakan wadah botol air minum kemasan isi ulang sehingga konsumen perlu mewaspadai hal tersebut. Bakteri coliform dicurigai berasal dari tinja. Oleh karena itu, kehadiran bakteri ini di dalam berbagai tempat mulai dari air minum, bahan makanan ataupun bahan-bahan lain untuk keperluan manusia, tidak diharapkan dan bahkan sangat dihindari. Karena adanya hubungan antara tinja dan bakteri coliform, jadilah kemudian bakteri ini sebagai indikator alami kehadiran materi fekal. Artinya, jika pada suatu subtrat atau benda misalnya air minum didapatkan bakteri ini, langsung ataupun tidak langsung air minum tersebut dicemari materi fekal (Suriawiria, 1996).
Keterbatasan daya beli masyarakat terhadap air minum dalam kemasan membuat sebagian besar masyarakat lebih memilih membeli air minum isi ulang yang disediakan oleh Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) dengan harga yang relatif lebih murah dan terjangkau tanpa mempertimbangkan kualitas. Akan tetapi dengan masih banyaknya kandungan kuman, bakteri dan zat kimia yang terkandung dalam air isi ulang dan semakin banyaknya depot air isi ulang yang bermunculan, dan demi untuk melindungi konsumen ataupun masyarakat yang menggunakan air isi ulang sebagai alternatif yang murah dalam memenuhi kebutuhan air minum, Menteri Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran nomor 860/Menkes/VII/2002 tentang Pembinaan dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang. Menindak lanjuti surat edaran tersebut Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dengan secara rutin telah melakukan pengawasan dan pembinaan kepada produsen/depot air minum isi ulang (DAMIU).
Di Kota Bengkulu sebagai satu –satunya penyedia air bersih, pelayanan PDAM dirasakan masih kurang, antara lain : 1). air tidak layak langsung diminum, 2). berbau kaporit, 3). Tidak mengalir setiap saat, tetapi secara bergiliran dan 4). cakupan pelayanan air minum masih rendah dimana jumlah penduduk yang terlayani baru 25 %. Sementara itu pemanfaatan sarana air bersih (SAB) oleh masyarakat juga masih rendah, dimana tidak semua rumah memiliki sarana air bersih.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan air bersih di Kota Bengkulu masih rendah, sehingga sebagian besar masyarakat Kota Bengkulu  memanfaatkan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sarana air bersih sebagai sumber air untuk mandi dan mencuci saja, tidak digunakan sebagai air minum. Hal ini mendorong munculnya trend baru dalam penyediaan air bersih diantaranya adalah penjualan air minum dalam kemasan atau air minum isi ulang.
Dalam penelusuran data sekunder pada laporan Seksi Kesehatan dan Makanan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu bahwa diketahui jumlah Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) sebanyak 236, dimana di Kecamatan Gading  Cempaka 40 depot . Dari 236 depot air minum isi ulang tersebut komponen unit pengolahan airnya tidak sama. Perbedaan komponen di masing – masing depot air minum tersebut dikarenakan masing – masing pengusaha depot membeli alat pengolahan dari suplier berbeda. Komponen unit pengolahan air DAMIU terdiri dari : Sandfilter, Carbonfilter, microfilter, desinfeksi ozon dan desinfeksi ultra violet dan masing – masing depot tidak menggunakan merk yang sama dalam pembelian komponen.
Dengan semakin maraknya Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Bengkulu, Dinas Kesehatan Kota Bengkulu telah melakukan beberapa hal dalam rangka membina dan mengawasai aspek kualitas produksi DAMIU. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah (Suprihatin, 2003).
Dari hasil pemeriksaan UPT Laboratorium Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2009 terhadap DAMIU se Kota Bengkulu, menunjukkan bahwa 82,19%  sampel pemeriksaan diperoleh hasil adanya bakteri Coliform, sedangkan di Kecamatan Gading Cempaka didapat data sebesar 85,00%. (Susiani, 2010).
Beranjak dari hasil penelitian serta data tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian “Hubungan Sarana Produksi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Dengan Hasil Uji Bakteriologis Coliform Di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu”.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah karena masih banyaknya hasil uji bakteriologis pada depot air minum isi ulang (DAMIU), yang  menunjukkan 85% sampel pemeriksaan diperoleh hasil adanya bakteri Coliform di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.

C.      Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka timbul pertanyaan mengenai apakah ada hubungan antara sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) dengan hasil uji bakteriologis Coliform di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.

D.      Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan hasil uji bakteriologis Coliform dengan sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
2.  Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi lokasi sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi bangunan sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
c. Diketahuinya distribusi frekuensi fasilitas sanitasi sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
d. Diketahuinya distribusi frekuensi hasil uji bakteriologis Coliform depot air minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
e. Diketahuinya hubungan lokasi sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) dengan hasil uji bakteriologis Coliform di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
f. Diketahuinya hubungan bangunan sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) dengan hasil uji bakteriologis Coliform di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
g. Diketahuinya hubungan fasilitas sanitasi sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) dengan hasil uji bakteriologis Coliform di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.




E.       Manfaat Penelitian
1.      Secara Teoritis
a.       Sebagai sumber kepustakaan yang dapat dijadikan bahan untuk mengetahui hubungan hasil uji bakteriologis Coliform dengan sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
b.      Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar pada penelitian selanjutnya tentang hubungan faktor-faktor sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) terhadap hasil uji bakteriologis Coliform air.

2.      Secara Praktis
a.       Sebagai salah satu informasi bagi  Puskesmas di Kecamatan Gading Cempaka, UPT Laboratorium Kesehatan Kota Bengkulu dan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dalam hal hubungan hasil uji Coliform dengan sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU).
b.      Sebagai bahan masukan bagi masyarakat umum untuk mengetahui tentang hubungan antara hasil uji bakteriologis Coliform dengan sarana produksi depot air minum isi ulang (DAMIU) di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.

F.       Keaslian Penelitian
Penelitian yang relevan dengan judul penelitian yaitu:
1.         Mahendra Dwi Putra (2011) dengan judul “Analisis Pengelolaan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Di Lingkungan Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu”.
2.         Shofyan Zuhri (2009) dengan judul “Pemeriksaan Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta”.
Perbedaan penelitian adalah pada penelitian sebelumnya meneliti tentang Analisis Pengelolaan Depot Air Minum Isi Ulang dan Pemeriksaan Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang Pada Depot Air Minum Isi Ulang, yang sama-sama meneliti tentang kalaikan sehat dan sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) sedangkan pada penlitian ini difokuskan pada hubungan antara uji bakteriologis Coliform  dengan sarana produksinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar