Membaca Al-Quran Dengan Tajwid
Dalam membaca Al-Quran agar dapat
mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna dari tiap ayat Al-Quran yang
kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari ilmu tajwid yakni
tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah sebagai alat
untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam
membaca Al-Quran.
Tajwīd (تجويد) secara harfiah
mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan
membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” (جوّد-يجوّد-تجويدا)
dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari
tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid
adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan
huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya.
Dalam ilmu tajwid dikenal beberapa
istilah yang harus diperhatikan dan diketahui dalam pembacaan Al-Quran,
diantaranya :
a. Makharijul huruf, yakni tempat
keluar masuknya huruf
b. Shifatul huruf, yakni cara
melafalkan atau mengucapkan huruf
c. Ahkamul huruf, yakni hubungan
antara huruf
d. Ahkamul maddi wal qasr, yakni
panjang dan pendeknya dalam melafazkan ucapan dalam tiap ayat Al-Quran
e. Ahkamul waqaf wal ibtida’, yakni
mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan berhenti pada bacaan bila ada
tanda huruf tajwid
f. dan Al-Khat dan Al-Utsmani
Arti lainnya dari ilmu tajwid adalah
melafazkan, membunyikan dan menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna
dari tiap-tiap bacaan dalam ayat Al-Quran. Menurut para Ulama besar menyatakan
bahwa hukum bagi seseorang yang mempelajari tajwid adalah Fardhu Kifayah, yakni
dengan mengamalkan ilmu tajwd ketika memabaca Al-Quran dan Fardhu ‘Ain atau
wajib hukumnya baik laki-laki atau perempuan yang mu’allaf atau seseorang yang
baru masuk dan mempelajari Islam dan KitabNya.
Mengenal, mempelajari dan
mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu tajwid itu sendiri
merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari
kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan
benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna.
Berikut ini ada dalil atau
pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan setiap HambaNya untuk membaca
Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya :
1. Dalil pertama di ambil dari
Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam ayatNya yang artinya “Dan bacalah Al-Qur’an
itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil (73): 4]. Ayat ini
jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca
Al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan
setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
2. Dalil kedua diambil dari
As-Sunnah ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah r.a.(istri Nabi
Muhammad SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Al-Quran dan
sholat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda S.A.W.
Sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi,
kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur
tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi
hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan
Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan)
huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).
3. Dalil ketiga diambil dari Ijma
atau pendapat para ulama besar Islam. Yakni kesepakatan para ulama yang dilihat
dari zaman Rasulullah SAW hingga sampai saat ini, yang menyatakan bahwa membaca
Al-Quran dengan ber-Tajwid merupakan hukum atau sesuatu yang fardhu dan wajib.
Hukum-hukum dalam tajwid beserta
komponen ilmu tajwid yang harus dikenal dipelajari, dipahami serta diamalkan
dalam membaca Al-Quran, antara lain :
1. Hukum Ta’awuz dan Basmalah
Isti’azah atau taawuz adalah
melafazkan atau membunyikannya : “A’uzubillahi minasy syaitaanir rajiim”
(ﺍﻋﻮﺬ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ)
cara melafazkan basmalah adalah
bunyinya:
“Bismillahir rahmaanir rahiim” (ﺑﺴﻢ
ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺤﻤﻦ ﺍﻟﺮﺤﻴﻢ).
Terdapat 4 cara membaca iati’azah,
basmalah dan surat :
a. memutuskan isti’azah (berhenti)
kemudian baru membaca basmalah,
b. menyambungkan basmalah dengan
surah tanpa berhenti,
c. membaca isti’azah dan basmalah
terus-menerus tanpa henti,
d. membaca isti’azah, basmalah dan
awal surat terus-menerus tanpa berhenti.
Terdapat 4 cara membaca basmalah di
antara dua surat. Membaca basmalah adalah tanda awal dimulai suatu bacaan dalam
surat Al-Quran. Guna dari membaca basmalah suatu keharusan dengan tujuan :
a. Basmalah sebagai pemisah dengan
surat Al-Quran yang lain
b. Sebagai penghubung dengan awal
surat Al-Quran
c. Sebagai penghubung dari kesemua
surat Al-Quran
d. Menghubungkan akhir surat dengan
basamalah, lalu berhenti. Namun basamalah tidak selalu menjadi surat awal yang
harus terus dibaca untuk melanjutkan surat berikutnya. Walau bagaimana pun,
tidak harus membaca demikian karena dikhawatirkan ada yang mengganggap basmalah
merupakan salah satu ayat daripada surat yang sebelumnya.
Dalam ilmu tajwid juga
dikenal ada 9 hukum bacaan yang isinya menjelaskan bagian-bagian tanda baca dan
cara melafazkannya atau pengucapannya, antara lain :
A. Hukum nun mati dan tanwin,
terdiri dari :
Contoh : ayat diatas merupakan surat
Al-Quran ( QS: Al-Baqarah ayat 145 ), huruf yang diberi warna (merah : izhar
halqi), (hijau : idgham), ( biru : ikhfa haqiqi), ( ungu : iqlab).
1.
Izhar Halqi
Izhar halqi bila bertemu dengan
huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya harus “jelas” Jika nun
mati atau tanwin bertemu huruf-huruf Halqi (tenggorokan) seperti: alif/hamzah(ء),
ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ), dan ha’ (ﮬ).
Izhar Halqi yang artinya dibaca jelas.
Contoh : نَارٌ حَامِيَةٌ
2. Idgham
Hukum bacaan ini terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:
Jika nun mati atau tanwin bertemu
huruf-huruf seperti: mim (م), nun (ن), wau (و), dan ya’
(ي), maka ia harus dibaca lebur dengan dengung.
Contoh: فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ
harus dibaca Fī ʿamadim mumaddadah.
3. Idgham Bilaghunnah
Jika nun mati atau tanwin bertemu
huruf-huruf seperti ra’ (ر) dan lam (ل), maka ia harus dibaca
lebur tanpa dengung.
Contoh: مَنْ لَمْ harus
dibaca Mal lam
Pengecualian
Jika nun mati atau tanwin bertemu
dengan keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan dalam satu kata, seperti بُنْيَانٌ,
اَدُّنْيَا, قِنْوَانٌ, dan صِنْوَانٌ, maka nun mati atau tanwin
tersebut dibaca jelas.
4. Iqlab
Hukum ini terjadi apabila nun mati
atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (ب). Dalam bacaan ini, bacaan nun
mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim (م).
Contoh: لَيُنۢبَذَنَّ harus
dibaca Layumbażanna
5. Ikhfa’ haqiqi
Jika nan mati atau tanwin bertemu
dengan huruf-huruf seperti ta’(ت), tha’ (ث), jim (ج), dal (د),
dzal (ذ), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص),
dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), fa’ (ف),
qof (ق), dan kaf (ك), maka ia harus dibaca samar-samar
(antara Izhar dan Idgham)
Contoh: نَقْعًا فَوَسَطْنَ
B. Hukum mim mati
Selain hukum nun mati dan tanwin
adapula hukum lainnya dalam mempelajari dan membaca Al-Quran yakni Hukum mim
mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dengan huruf mim mati (مْ) yang
bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu.
Contoh
bacaan diatas diambil dari (QS: Al-Mu’minun :55-59) yang diberi tanda
warna (biru : ikhfa syafawi), ( merah :
idgham mimi), (hijau : izhar syafawi).
Hukum mim mati memiliki 3 jenis,
yang diantaranya adalah :
1. Ikhfa Syafawi (ﺇﺧﻔﺎﺀ ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila mim mati (مْ) bertemu
dengan ba (ب), maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di
bibir dan dibaca didengungkan.
Contoh: (فَاحْكُم بَيْنَهُم) (تَرْمِيهِم
بِحِجَارَةٍ) (وَكَلْبُهُم بَاسِطٌ)
2. Idgham Mimi ( إدغام ميمى)
Apabila mim mati (مْ) bertemu
dengan mim (م), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap
atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi disebut juga idgham
mislain atau mutamasilain.
Contoh : (أَم مَنْ) (كَمْ مِن فِئَةٍ)
3. Izhar Syafawi (ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila mim mati (مْ) bertemu
dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب),
maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup.
Contoh: (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ)
(تَمْسُونَ)
C. Hukum mim dan nun tasydid
Hukum mim dan nun tasydid juga
disebut sebagai wajib al-ghunnah (ﻭﺍﺟﺐ ﺍﻟﻐﻨﻪ) yang bermakna bahwa pembaca
wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya
adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan nun yang
memiliki tanda syadda atau bertasydid (ﻡّ dan نّ).
Contoh: ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺠِﻨﱠﺔ ﻭَﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ
D. Hukum alif lam ma’rifah
Alif lam ma’rifah adalah dua huruf
yang ditambah pada pangkal atau awal dari kata yang bermakna nama atau isim.
Terdapat dua jenis alif lam ma’rifah yaitu qamariah dan syamsiah.
- Alif lam qamariah ialah lam yang
diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: alif/hamzah(ء), ba’ (ب),
jim (ج), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ),
fa’ (ف), qaf (ق), kaf (ك), mim (م), wau (و),
ha’ (ﮬ) dan ya’ (ي). Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa
arab yaitu al-qamar (ﺍﻟﻘﻤﺮ) yang artinya adalah bulan. Maka dari itu,
cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas tanpa meleburkan
bacaannya.
- Alif lam syamsiah ialah lam yang
diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta’ (ت), tha’ (ث), dal (د),
dzal (ذ), ra’ (ر), zai (ز), sin (س), syin (ش),
sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), lam (ل)
dan nun (ن). Nama asy-syamsiah diambil dari bahasa Arab (ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﻪ)
yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak
dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.
E. Hukum idgham
Idgham (ﺇﺩﻏﺎﻡ) adalah berpadu
atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke dalam huruf yang
lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan cara meleburkan
suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis idgham:
- Idgham mutamathilain (ﺇﺩﻏﺎﻡ
ﻣﺘﻤﺎﺛﻠﻴﻦ – yang serupa) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama sifat
dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum adalah
wajib diidghamkan. Contoh: ﻗَﺪ ﺩَﺨَﻠُﻮاْ.
- Idgham mutaqaribain (ﺇﺩﻏﺎﻡ
ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﻴﻦ – yang hampir) ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan makhrajnya
hampir sama, seperti ba’ bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha’ bertemu dzal.
Contoh: ﻧَﺨْﻠُﻘڪُﻢْ
- Idgham mutajanisain (ﺇﺩﻏﺎﻡ
ﻣﺘﺠﺎﻧﺴﻴﻦ – yang sejenis) ialah pertemuan antara dua huruf yang sama makhrajnya
tetapi tidak sama sifatnya seperti ta’ dan tha, lam dan ra’ serta dzal dan zha.
Contoh: ﻗُﻞ ﺭَﺏﱢ
F. Hukum mad
Mad yang artinya yaitu melanjutkan
atau melebihkan. Dari segi istilah Ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna
memanjangkan suara dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad.
Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far’i. Terdapat tiga huruf mad
yaitu alif, wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah.
Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.
G. Hukum ra’
Hukum ra’ adalah hukum bagaimana
membunyikan huruf ra’ dalam bacaan. Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal,
halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.
* Bacaan ra’ harus dikasarkan
apabila:
1. Setiap ra’ yang berharakat atas
atau fathah.
Contoh: ﺭَﺑﱢﻨَﺎ
2. Setiap ra’ yang berbaris mati
atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas atau fathah.
Contoh: ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ
3. Ra’ berbaris mati yang huruf
sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ
4. Ra’ berbaris mati dan sebelumnya
huruf yang berbaris bawah atau kasrah tetapi ra’ tadi berjumpa dengan huruf
isti’la’.
Contoh: ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ
* Bacaan ra’ yang ditipiskan adalah
apabila:
1. Setiap ra’ yang berbaris bawah
atau kasrah.
Contoh: ﺭِﺟَﺎﻝٌ
2. Setiap ra’ yang sebelumnya
terdapat mad lain
Contoh: ﺧَﻴْﺮٌ
3. Ra’ mati yang sebelumnya juga
huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ
* Bacaan ra’ yang harus dikasarkan
dan ditipiskan adalah apabila setiap ra’ yang berbaris mati yang huruf
sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf
isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻕ
Isti’la’ (ﺍﺳﺘﻌﻼ ﺀ): terdapat
tujuh huruf yaitu kha’ (خ), sod (ص), dhad (ض), tha (ط),
qaf (ق), dan zha (ظ).
H. Qalqalah
Qalqalah (ﻗﻠﻘﻠﻪ) adalah
bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau
memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (ق), tha (ط), ba’
(ب), jim (ج), dan dal (د). Qalqalah terbagi menjadi dua
jenis:
- Qalqalah kecil yaitu apabila salah
satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli
karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.
Contoh: ﻴَﻄْﻤَﻌُﻮﻥَ, ﻴَﺪْﻋُﻮﻥَ
- Qalqalah besar yaitu apabila salah
satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau berhenti. Dalam
keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak
diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.
Contoh: ٱﻟْﻔَﻟَﻖِ, ﻋَﻟَﻖٍ
I. Waqaf (وقف)
Waqaf dari sudut bahasa ialah
berhenti atau menahan, manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan
bacaan sejenak dengan memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan
niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
- ﺗﺂﻡّ (taamm) – waqaf
sempurna – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yang dibaca
secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak
mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki kaitan dengan
bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya
- ﻛﺎﻒ (kaaf) – waqaf memadai
– yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara sempurna, tidak
memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih
berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya
- ﺣﺴﻦ (Hasan) – waqaf baik –
yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna atau arti, namun
bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya
- ﻗﺒﻴﺢ (Qabiih) – waqaf buruk
– yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tidak sempurna atau
memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus dihindari karena
bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dengan bacaan yang
lain.
Tanda-tanda waqaf lainnya :
1. Tanda mim ( مـ ) disebut
juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim
disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat
sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( م
), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda
dengan fungsi dan maksudnya;
2. tanda tho ( ﻁ ) adalah
tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
3.tanda jim ( ﺝ ) adalah
Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun diperbolehkan juga
untuk tidak berhenti.
4. tanda zha ( ﻇ ) bermaksud
lebih baik tidak berhenti
5. tanda sad ( ﺹ ) disebut
juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk tidak berhenti
namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna. Perbedaan
antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain lebih
diperbolehkan berhenti pada waqaf sad
6. tanda sad-lam-ya’ ( ﺻﻠﮯ )
merupakan singkatan dari “Al-washl Awlaa” yang bermakna “wasal atau meneruskan
bacaan adalah lebih baik”, maka dari itu meneruskan bacaan tanpa mewaqafkannya
adalah lebih baik;
7. tanda qaf ( ﻕ ) merupakan
singkatan dari “Qiila alayhil waqf” yang bermakna “telah dinyatakan boleh
berhenti pada wakaf sebelumnya”, maka dari itu lebih baik meneruskan bacaan
walaupun boleh diwaqafkan
8. tanda sad-lam ( ﺼﻞ )
merupakan singkatan dari “Qad yuushalu” yang bermakna “kadang kala boleh
diwasalkan”, maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh
diwasalkan
9. tanda Qif ( ﻗﻴﻒ )
bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut
biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa
berhenti
10. tanda sin ( س ) atau
tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil
napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil
napas baru untuk meneruskan bacaan
11. tanda Waqfah ( ﻭﻗﻔﻪ )
bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ﺳﮑﺘﻪ ), namun harus berhenti lebih
lama tanpa mengambil napas
12. tanda Laa ( ﻻ ) bermaksud
“Jangan berhenti!”. Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung maupun
pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak dibenarkan
untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut boleh
berhenti atau tidak
13. tanda kaf ( ﻙ ) merupakan
singkatan dari “Kadzaalik” yang bermakna “serupa”. Dengan kata lain, makna dari
waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul
14. tanda bertitik tiga ( … …)
yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta’anuq (Terikat). Waqaf ini
akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus
berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama,
tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.
Sebenarnya masih banyak hukum bacaan
dan tanda bacaan dalam Al-Quran bila dipelajari memerlukan waktu pemahaman yang
cukup lama agar fasih dan benar dalam membaca, melafazkan dan pengucapan
harakat (panjang-pendeknya suatu bacaan), tajwid lainnya yang harus dipelajari
dan dipahami. Lebih baik lagi apabila mempelajari kitab Iqro (kitab kecil ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar